Minggu, 06 Juli 2014

Renungan Politik

Dua calon presiden yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo sudah memaparkan visi misinya terkait pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Mantan Menteri Perekonomian, Rizal Ramli, menilai kedua capres belum mengantogi visi misi ekonomi yang jelas.

Saat debat kedua itu, salah satu gagasan capres Prabowo adalah mengurangi kebocoran keuangan negara untuk kepentingan rakyat. Sedangkan capres Joko Widodo salah satunya ingin mengembangkan ekonomi kreatif.

Ada hal yang kedua capres bagus. Soal ekonomi kreatif. Puluhan juta pengusaha kecil dan pengusaha rumah tangga dan menengah kita kalau hanya sekadar memproduksi, mereka akan kalah bersaing. 

Tapi kalau ada faktor kreatifnya, dalam desain, tata letak, atau packaging, dan brand maka keuntungan yang dinikmati akan jauh lebih besar. Kedua akan membuat produk Indonesia lebih diterima di luar negeri. 

Saya juga senang kedua capres berjanji untuk melaksanakan wajib belajar 12 tahun. Sekarang kan kita masih sembilan tahun. Dalam prakteknya rata-rata capaian orang Indonesia baru 7,6 tahun pendidikannya. Sembilan tahun saja belum cukup.

Bahwa dua-duanya komitmen untuk 12 tahun itu bagus sekali. Artinya dari visi misi dan taget itu bagus. 

Tapi, begitu di kebijakan mulai ada kerancuan. Misalnya ada capres mengatakan, 80 persen kurikulum soal revolusi mental. Wah ini ribet, karena pesantren saja kurikulum umumnya 60 persen dan kurikulum agama 40 persen.

Di negara komunis, indoktrinasi itu makin lama makin mengecil, sisanya pengetahuan. Menurut saya kita mesti hati-hati di situ, karena anak-anak kita yang perlu didorong itu pertama rasa ingin tahu, kedua kreatifitas, ketiga tata nilai termasuk kesadaran terhadap lingkungan dan tanggung jawab sosial.

Pilihan Capres ada dua, namun sebaiknya saya mengatakan pilihan saya saja. Yaitu, capres yang tidak punya kesalahan masa lalu (terbukti dari rekam jejaknya), yang didukung oleh orang-orang yang tulus (tidak menargetkan kursi sebagai tujuan utama mendukung), dan yang sangat terbukti membawa kegairahan dan antusiasme nyata para kawula tua dan muda, berkarya spontan tanpa mobilisasi terorganisir bertahun-tahun lamanya.
Mengalir saja seperti air, musim kampanye, kita mendukung. Usai kampanye, kita mengawal, dan kembali lebih fokus pada pekerjaan sehari-hari. Dan tetap kritis demi perbaikan dan kebaikan semua orang, bukan “hanya sekelompok orang”. Kita tegakkan sanksi sosial bagi mereka yang rekam jejaknya “perlu diadili secara hukum” yang sayangnya tidak pernah terjadi karena sesuatu dan lain hal. Ya, kita memberikan sanksi sosial cara pribadi, dengan tidak memilih tokoh itu di pilpres 9 Juli.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Putri Melly Chynthia Blogger Template by Ipietoon Blogger Template
Pink Bow Tie